Lama nih udah gak ngepost di sini, hehe sibuk un sih :3. Kali ini saya akan ngepost sebuah cerpen karya saya sendiri semoga suka ya..:)
genre : comedy, thriller, drama
Hidup Itu Memang Suram
Halo .. perkenalkan Namaku
adalah Sai Hayashi. Apakah kau tau aku ini laki-laki atau perempuan? Ayo
tebak…. Siapa tau dapat undian berhadiah :3. Lumayan kan?. Hehehehheh bercanda
kok. Sebenarnya saya ini laki-laki. Saya ini orang paling misterius lo, jadi
jangan banyak tanya tentang saya. Aku ini anak tunggal dari pasangan Alm. Bpk
Ali dan Ibu Haru, keluarga terkaya yang ada di Komplek Suram.
Sayangnya
Ayahku sudah meninggal. Sejak itu, Ibukulah yang mengurus perusahaan Ayah. Dan
sejak itu pula aku merana, karena harus bersih-bersih rumah sendiri karena Mama
bekerja… Huaaa. Dan mengapa juga ini rumah besar amat. Jadi capek
membersihkannya.
Kutahu
Ayahku meninggal karena pembunuhan sadis yang dilakukan dengan tidak
berperikemanusiaan dan aku melihat kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri.
Malam itu, Ayahku pulang malam karena nglembur.
“Ah Ayah ini kemana sih sampe
malam gak pulang-pulang? Kan aku punya kado spesial.” Kataku.
“Sabar nak, Ayahmu kan lagi
nglembur tunggu aja ya. Kan ada Ibu yang siap menerima kado itu hehe.” Kata
Mama.
“Enak aja Ma, kan hadiah ini
spesial buat Ayahanda tercinta. Aku jemput ayah ya ma?” Kataku sambil meringis.
“Yaudah yang sabar ya. Mama
tidur dulu ngantuk nih. Hati hati ya kalo ada kerikil dilihat jalannya.” Kata
Ibu sambil menguap.
“Heleh ma kerikil aja gak akan
jatoh kok.” jawabku
Karena Aku sudah tidak sabar
lagi, Aku naik sepeda motor menyusul Ayahku. Siapa tahu kalau Ayah mungkin
tersesat di jalan. Waktu Aku tiba di gerbang komplek tak sengaja kumenabrak
batu kecil (kerikil) dan aku terjatuh. Perkataan mama memang benar harus hati
hati kalo ada kerikil :’v.
“Aduh!” Aku terjatuh ke semak
semak pinggir jalan itu
“Kampret ini kerikil orang lagi
cari Ayahnya yang tersesat masih aja sempetnya jatuh gini.” Kataku sambil
memegang kakiku yang perih.
Seketika itu dari dalam semak
aku melihat mobil ayahku lewat. Aku senang karena Ayahku tidak jadi tersesat.
“Yes!!! Ayahku masih ingat jalan
ternyata.” Kataku kegirangan.
Eh tak jauh dikit ada
orang-orang sangar yang menghadang Ayahku.
Dihentikannya mobil itu. Lalu, ayahku turun dari mobil dan langsung
dipukul sama orang-orang sangar itu. Aku sebagai anak yang berbakti, diam saja
melihat kejadian itu karena Aku takut sama yang namanya orang-orang sangar
seperti itu. Dan karena orang baik itu tidak boleh berkelahi jadi aku diem saja
lah.
“Salah saya apa pak sampai saya
dipukuli seperti ini?” kata ayah
“Salahmu? Aku gak tau tanya tuh
sama gondrong J.”
Kata orang sangar yang botak licin, kinclong, dan WOW.
“Eh? Kenapa aku? Kan kumis
panjang yang jadi pemimpinnya.” Kata si gondrong.
“Salahnya apa Mis?” Kata si
botak.
“Mana saya tau. Tanya boss lah
dia kan yang nyuruh kita.” Kata si kumis panjang.
“Jadi salah saya apa pak?” kata
Ayah.
“Bentar saya tanya boss dulu.”
Kata si gondrong.
“Tolol! Ngapain lu tanya boss
dulu. Kelamaan tau! Tugas kita aja belum selesai.” Kata si kumis panjang.
“Ah.. banyak bacot lu pada.”
Kata si botak sambil hunus pisaunya ke perut ayah.
“Kita apain lagi nih?” kata si
gondrong.
“Bentar gue telponin boss dulu.”
Kata si kumis panjang.
Tid Tid…
“Halo” kata si boss.
“Halo. Ini siapa ya?” kata si kumis
panjang.
“Ini boss lu Oon..” kata si
boss.
“Oh iya ya. Saya lupa. hehe.”
Kata si kumis panjang.
“Gimana?” kata si boss.
“Gimana apanya?” kata si kumis
panjang.
“Ya itu si Ali udah beres
belum?” kata si boss.
“Ali itu siapa?” kata si kumis
panjang.
“Hadeh… itu loh yang gue suruh
lu ngebunuhnya itu. Aduh… tau dulu gue gak usah ngerekrut lu dah. Pimpinan
orang sangar kok malah Oonnya minta ampun” kata si boss
“Oh… beres boss perutnya udah
sobek. Terus ini diapain lagi?” kata si kumis panjang.
“Ya bunuhlah sampe mati. Kan gue
suruh lu buat ngebunuhnya.” Kata si boss.
“Tapi boss… kan kasian orangnya
gak berdosa loh.” Kata si kumis panjang.
“Eh! Lu kalau lu takut dosa
ngapain juga lu jadi preman?” kata si boss.
“Suka-suka gue dong. Masalah
buat elo?” kata si kumis panjang.
“Hadeh… yaudah deh gue datang ke
sana aja” kata si boss.
Dapat disimpulkan bahwa si boss
akan datang ke area ini dan aku bisa membunuhnya terlebih dahulu sebelum ia
membunuh ayahku karena bisa dipastikan bahwa dia akan lewat gapura tepat
didekatnya semak-semak dimana aku nyosor. Tetapi, perkiraanku salah. Ternyata
boss datang dari arah dalam komplek. Dan itu ternyata adalah Ayahnya Joni,
teman sekelasku bahkan sebangku denganku. Dia datang membawa sebuah pistol.
“Boss dia tadi tanya, salahnya
apa?” kata si botak.
Doooorrrrrrrrr!!!!!!
“Salahnya adalah dia sudah
mengalahkan kekayaanku.” Kata Ayah Joni yang telah menembakkan pistolnya tepat
di jantung Ayahku.
Sehingga ayahku meninggal dalam
sunyi dan gelapnya malam dan disaksikan oleh bulan dan bintang serta anaknya
yang tak bisa berbuat apa-apa. Hatiku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh jarum
dalam dinginnya malam. Dalam hati kecilku tertanam dendam yang sangat dalam.
Kutelepon pak polisi.
Tiiiid
“Maaf sisa pulsa anda tidak
mencukupi untuk memanggil” kata operator.
“Kampreeeet!! Lupa tadi kalau
pulsa abis buat sms an. Hehe. Terus aku
harus ngapain? T_T
Aku mengendap endap pergi ke
kantor polisi. Apesnya, karena sepeda motorku ada di gerbang komplek, jadinya
harus jalan ke sana -,-. Dalam perjalanan, aku bertemu dengan cewek cantik.
“Cewek” sapaku. Lalu aku
menggandeng tangannya.
“Apa cakep” katanya.
Kedengarannya suara itu seperti
suaranya orang laki-laki. Ah… hari ini sial banget -_-. Sesampainya di kantor
polisi, kuceritakan semua isi dari pembunuhan tersebut dari awal sampai akhir. Polisinya
malah ngakak gara-gara percakapan antara botak, gondrong, kujang(kumis
panjang). Leganya, pembunuh-pembunuh tersebut sudah di tangkap polisi.
Para pembunuh udah masuk penjara
membuat Joni dan aku bermusuhan. Joni tidak bisa menerima jika ayahnya masuk
penjara. Maka, dia menggangguku setiap hari. Menaruh kecoa, kodok di tas lah
menuduhku mencuri lah, dll. Yang paling bikin aku jengkel adalah memanggilku
“SAYANG…”. Ih… jijik amat. Entah mengapa dia memanggilku begitu. Mungkin karena
namaku yaitu “Sai” à
“Say” So damn.
Suatu hari karena kelakuan Joni
yang lama-lama membuatku jengkel, aku berniat ndorong dia ke jurang deket
sekolah saat dia pacaran disitu :v.
“Sayang… aku cinta kamu” kata
Joni. Ueek.. kalau aku jadi pacarnya Joni bakal kutampar tuh mulutnya yang suka
bohong.
“Aku juga sayang” kata pacarnya.
Mau juga nih cewek sama Joni.
Karena dia pacarannya ngadep
jurang, gampanglah aku mendorongnya J.
“Mati kau anak pembunuh” kataku
di belakang Joni. Eh ternyata dia punya jurus seperti Neeji di Naruto bisa liat
ke belakang.
“Ehhh… tidak bisa” kata Joni.
“What?” kata pacar Joni kaget.
“Apa sayang?” kata Joni.
(Pruoookk) “Jadi selama ini
Bapak kamu pembunuh?. Kamu gak pernah cerita ke aku!. Kamu jahat” kata pacar
Joni yang nangis dan pergi.
Akhirnya bayanganku tentang
tamparan pacar Joni terkabulkan. Hahahha.
“Saatnya kamu mati Joni” kataku
sambil dorong dia.
What? Sekarang dia punya jurus
seribu bayangan kek Naruto?. Gile nih anak, belajar ninja darimana sih?.
“Woiii!! Kalian di sana!
Berhenti!!” Seruan guru yang paling garang di sekolah “Pak Irman”.
Ngomong-ngomong Pak Irman, aku
jadi keingat waktu kejadian lima bulan yang lalu.
Lima bulan yang lalu, di
sekolahku kan ngadain kemah. Kebetulan waktu itu saya lagi suka tuh sama cewek
yang namanya Asuka. Itu nama pendeknya. Nama panjangnya “Aku Suka Kamu”. E cieeee…. Pfffftt ah sudahlah
:v. waktu itu saya mau nembak dia, pas camping fire itu loh. Kan romantic.
“Hai Asuka” kataku sambil nepuk
pundak Asuka. Diapun menoleh.
“Apa?” jawab Asuka sambil
senyum. Senyumnya itu loh mempesona membuat hatiku bahagia :3.
“Aku mau ngomong sesuatu sama
kamu.” Kataku.
“Mau nggak kamu…”
“Oy” kata Pak Irman sambil nepuk
punggungku sambil memegang plastik.
“Apa pak?” jawab ku.
“ Ini punya lu? Tadi ketinggalan
di sungai.”
Astaghfirullah saya lupa mbawa
cucian daleman saya tadi di sungai ==”. Btw
kok tau ya pak irman kalo itu punyaku ya?. Oh iya sih ada namanya di situ. Aneh
ya daleman aja ada namanya. Namanya juga pemberian dari mama :’v.
“Ehhhheheh… iya pak” jawab ku.
Jiah nembak gak jadi malu pun
jadi. Eek dah hari apes. Nah, itu kejadian lima bulan yang lu. Sekarang kembali
ke cerita Joni dan saya yang lagi bertngkar ala ninja Naruto dan bertemu pak
Irman.
“Woiii!! Kalian yang ada di
sana! Berhenti!!.”
Kemudian kami terhenti dan
digebokin sama pak Irman sampai bokong kami memerah. Keesokan harinya, ibu kami
dipanggil ke sekolah karena kami telah bertengkar. Halah… siap aja bokong
memerah lagi di rumah. Alhamdulillah setelah ibu kami dipanggil bokongku tak
memerah lagi. Tetapi, hukumannya lebih berat lagi. KAMI HARUS SAHABATAN UNTUK SELAMA
LAMA LAMA LAMA LAMA LAMA LAMA dan seterusnya kayak di Spongebob. Siapa juga
yang sahabatan sama musuh bebuyutan? Ya gak mau lah. Tapi mau bagaimana lagi
ini udah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.
Setelah sekian lama kami
bermusuhan akhirnya kami bisa juga bersahabatan dengan melupakan semua masa
lalu kita yang sangat suram dan kelam penuh kekejaman dan dosa. Hari-hari kami
jalani dengan tawa riang dan penuh kegembiraan. Hingga pada suatu hari ada
keputusan di antara kami yang membuat kejadian kejadian yang tak terduga.
Suatu hari saya dan mama pergi
ke rumah Joni. Itung – itung lah silaturahmi. Kan kami orang baik.
“Tok tok tok… Asslamu’alaikum.. atok oh atok” kata mama.
“Ma! Ini gak di upin ipin”. Jawabku.
“O iya lupa nak, maaf ya nak.” Kata
mama.
“Lho? Salah mama apa emangnya? Kok
minta maaf?” kataku.
“Enggak tau” kata mama
“Sama ma saya juga” kataku
“Weh? Kita sama? Berarti jodoh
dong” bales mama
“Lho ma? Aku kan anakmu. Gak boleh
dong jodoh jodoh an.” balesku
“Oh iya ya lupa mama. Hehe”
bales mama
Tok tok tok….. setelah 1 jam kami menunggu di depan pintu rumah Joni sambil
tok tok tok ternyata Joni dan mamanya baru saja pulang dari mall. Belanja sendiri
lagi. Gak ajak ajak eikeh.
“Lo? Kok di sini Sai? Ngapain?”
tanya Joni
“Nunggu kamu lah Jon. Kami mau main
ke rumah kau. Bagaimana sih engkau ini?” jawabku.
“Maaf kan lah saya. Saya kan
tidak tau. Kau sih tak telepon dulu” jawab Joni
“Saya sendiri mau telepon kau,
tapi tadi mbak operatornya ngomong kalau anda tidak bisa melakukan panggilan
karena pulsa anda tidak mencukupi. Gimana ini? Saya mau protes ke operatornya.”
jawabku
“Itu namanya pulsa lu habis. Mesti
beli pulsa dulu dodol.”celoteh Joni
“Dodol itu makanan kakak, saya
ini manusia.” Jawabku.
“Ah sudahlah.. ayo mari masuk”
kata ibu Joni.
Kami pun masuk ke rumah Joni.
“Eh iya ngomong ngomong kan
habis ini liburan, gimana kalo kita pergi jalan jalan?.” Kataku.
“Jalan-jalan kemana?” kata mama.
“Em… kemana ya enaknya?” kata
Joni.
“Hah! Gimana kalo ke sungai
Amazon!”sahutku.
“Bagus juga idenya” kata mama
Joni.
“tapi, gak apa apa ke sana? Banyak
piranha loh” kata Joni.
“Ah ga pa pa tenang saja kok”. Kataku.
“Ok berangkat kapan?” kata mama.
“4 hari lagi gimana?” kata mama
Joni.
“Ok aku sama Joni ya yang beli
tiketnya? Kataku.
“Sip. Setuju” kata Joni.
“hurraaaaaa!!” teriakku
kegirangan.
4 hari kemudian… kami berangkat
menuju Brazil sekalian deh nonton piala dunia 2014 haha. Ah lupakan piala dunia
kita itu butuh pemandangan alam bukan pemandangan bola yang muter muter aja di
lapangan. Sesampainya di sana kami check in ke hotel terdekat dengan sungai
amazon.
Keesokan harinya kami berangkat
ke sungai Amazon. Tanpa piker panjang kami langsung sewa canoe di situ untuk
mengarungi sungai tersebut. Saking asyiknya kami lupa percabangan di sungai
tersebut dan kami lupa tidak membawa makanan. Kelaparan.. kelaparan… itulah
yang ada di pikiran kami. Entah bagaimana hari pun makin gelap.
Kami pun terpaksa tidur di atas canoe tersebut. Keesokan harinya
aku tercengang.
“Hahhhhhh?” teriakku sambil
melihat ibu Joni yang telah di makan anaknya sendiri yang merasa kelaparan.
“Kamu mau makan Sai? Enak loh.” Kata
Joni.
“Enak eek mu! Itu ibu lu Jon. Lu
gak inget dosa lu ngebunuh ibu mu sendiri.” Ceramahku.
“Persetan dengan dosa yang
penting gue bisa makan. Untung untungan bukan loe sama ibu loe yang gue makan.”
Sahut Joni.
“Joni!!! Kamu itu anak durhaka!!
” teriak mama.
“Kalau kau mau makan gak bilang
aja sama aku. Kan kita bisa cari sama sama di hutan Jon.”
“Ah.. lama gue mau yang instan.”
Kata Joni.
“Dasar anak gak tau diuntung”
Plok! Tampar mama. Wow aku tercengang.
Tanpa pandang bulu Joni langsung
mukul perut mama dan menceburkan mama ke sungai. Setelah itu piranha pun
berdatangan dan mencabik cabik tubuh mama. Aku tak bisa berbuat apa-apa dan
tiba-tiba muncul dendam kepada Joni. Ku berusaha untuk menenangkan diriku. Ku berhasil
menenangkan diri, tiba-tiba…. Bruaaak!!
Kepala joni ketatap batang
pohon, kasiaaannn
Aku menghampiri Joni dan ia
mengasihkan pisau nya kepadaku.
“Bunuh aku Sai, aku sadar aku
salah sudah membunuh kedua ibu kita. Aku tak ingin hidup lagi di dunia ini.”
“Tapi Jon kamu bisa tobat kan,
aku bisa maafin kamu.”
“Meskipun nanti aku tobat, nanti
ujung ujungnya gini lagi Sai, penyakitku kambuh lagi.”
“Emangnya kamu punya penyakit
apa Jon?”
“Penyakit seperti ayahku, darah
seorang pembunuh. Cepat bunuh aku dengan pisau itu!”
Jrott! Kutancapkan pisaunya
tepat di jantung Joni. Bodohnya aku karena selalu mematuhi peraturan. Tuhan
mengapa aku begitu bodoh? Huaaaaa!! Semua orang yang aku sayangi telah pergi.
Apa yang harus kulakukan di tempat seram ini?.
Ah.. sudah dramatis nya. Mulai
sekarang ceritanya gak ada dialog karena yang hidup cuma saya. Kasian.. tapi
bagaimana lagi aku harus bertahan hidup karena kalau tidak bertahan hidup sama
saja aku orang yang putus asa. Putus asa itu dosa. Aku kan orang baik :3.
Dimulai dari saya mencari
makanan ditepi kanan. Di sana saya bertumu dengan seekor badak. Entah mengapa
dia sudah ancang-ancang mau menabrak saya. Melihat keadaan itu, saya lari
terbirit birit dan akhirnya saya memanjat pohon. Bodohnya saya, kenapa enggak
lari belok-belok aja? Naik pohon itu tambah dapet apes.
Dipohon saya menemukan sesisir
pisang , saya ambil 1 dan makan, monyet-monyet pun berdatangan, habislah saya. Balik
lagi ke canoe, canoe berlubang dilubangi piranha. Melihat piranha berdatangan,
saya balik lagi ke hutan. Cari kayu buat rakit, akhirnya jadi.
Saya mencoba ke hutan seberang,
ternyata di sana…. Aman aman aja. Kenapa saya tapi tak ke sini? Daripada di
hutan seberang tadi apes mulu?. Huft. Setelah cukup makanan, saya melanjutkan
perjalanan dengan mengikuti arus sungai dengan rakit kecil.
Alhamdulillah saya sampai di
hilir sungai ini. Tapi kok ke laut? Laut mana ini? Beruntungnya saya ada kapal
nelayan lewat. Kulambaikan tanganku dan kapal itu datang. Saking girangnya,
kakiku terkilir dan berdarah. Aku merasa hidup kembali. Tapi takdir berkata
lain, ketika saya mau naik ke kapal, saya kepleset dan hiu berdatangan. Sekian dan
terima kasih.
Keheranan penulis : Orang udah mati masih bisa cerita :'v pfffftttt
Gak yakin ini cerpen tapi panjang sekali :v