Sunday 22 June 2014

Cerpen "Hidup Itu Memang Suram"

Lama nih udah gak ngepost di sini, hehe sibuk un sih :3. Kali ini saya akan ngepost sebuah cerpen karya saya sendiri semoga suka ya..:)
genre : comedy, thriller, drama

Hidup Itu Memang Suram

                Halo .. perkenalkan Namaku adalah Sai Hayashi. Apakah kau tau aku ini laki-laki atau perempuan? Ayo tebak…. Siapa tau dapat undian berhadiah :3. Lumayan kan?. Hehehehheh bercanda kok. Sebenarnya saya ini laki-laki. Saya ini orang paling misterius lo, jadi jangan banyak tanya tentang saya. Aku ini anak tunggal dari pasangan Alm. Bpk Ali dan Ibu Haru, keluarga terkaya yang ada di Komplek Suram.
                Sayangnya Ayahku sudah meninggal. Sejak itu, Ibukulah yang mengurus perusahaan Ayah. Dan sejak itu pula aku merana, karena harus bersih-bersih rumah sendiri karena Mama bekerja… Huaaa. Dan mengapa juga ini rumah besar amat. Jadi capek membersihkannya.
                Kutahu Ayahku meninggal karena pembunuhan sadis yang dilakukan dengan tidak berperikemanusiaan dan aku melihat kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri. Malam itu, Ayahku pulang malam karena nglembur. 
“Ah Ayah ini kemana sih sampe malam gak pulang-pulang? Kan aku punya kado spesial.” Kataku.
“Sabar nak, Ayahmu kan lagi nglembur tunggu aja ya. Kan ada Ibu yang siap menerima kado itu hehe.” Kata Mama.
“Enak aja Ma, kan hadiah ini spesial buat Ayahanda tercinta. Aku jemput ayah ya ma?” Kataku sambil meringis.
“Yaudah yang sabar ya. Mama tidur dulu ngantuk nih. Hati hati ya kalo ada kerikil dilihat jalannya.” Kata Ibu sambil menguap.
“Heleh ma kerikil aja gak akan jatoh kok.” jawabku
Karena Aku sudah tidak sabar lagi, Aku naik sepeda motor menyusul Ayahku. Siapa tahu kalau Ayah mungkin tersesat di jalan. Waktu Aku tiba di gerbang komplek tak sengaja kumenabrak batu kecil (kerikil) dan aku terjatuh. Perkataan mama memang benar harus hati hati kalo ada kerikil :’v.
“Aduh!” Aku terjatuh ke semak semak pinggir jalan itu
“Kampret ini kerikil orang lagi cari Ayahnya yang tersesat masih aja sempetnya jatuh gini.” Kataku sambil memegang kakiku yang perih.
Seketika itu dari dalam semak aku melihat mobil ayahku lewat. Aku senang karena Ayahku tidak jadi tersesat.
“Yes!!! Ayahku masih ingat jalan ternyata.” Kataku kegirangan.
Eh tak jauh dikit ada orang-orang sangar yang menghadang Ayahku.  Dihentikannya mobil itu. Lalu, ayahku turun dari mobil dan langsung dipukul sama orang-orang sangar itu. Aku sebagai anak yang berbakti, diam saja melihat kejadian itu karena Aku takut sama yang namanya orang-orang sangar seperti itu. Dan karena orang baik itu tidak boleh berkelahi jadi aku diem saja lah.
“Salah saya apa pak sampai saya dipukuli seperti ini?” kata ayah
“Salahmu? Aku gak tau tanya tuh sama gondrong J.” Kata orang sangar yang botak licin, kinclong, dan WOW.
“Eh? Kenapa aku? Kan kumis panjang yang jadi pemimpinnya.” Kata si gondrong.
“Salahnya apa Mis?” Kata si botak.
“Mana saya tau. Tanya boss lah dia kan yang nyuruh kita.” Kata si kumis panjang.
“Jadi salah saya apa pak?” kata Ayah.
“Bentar saya tanya boss dulu.” Kata si gondrong.
“Tolol! Ngapain lu tanya boss dulu. Kelamaan tau! Tugas kita aja belum selesai.” Kata si kumis panjang.
“Ah.. banyak bacot lu pada.” Kata si botak sambil hunus pisaunya ke perut ayah.
“Kita apain lagi nih?” kata si gondrong.
“Bentar gue telponin boss dulu.” Kata si kumis panjang.
Tid Tid…
“Halo” kata si boss.
“Halo. Ini siapa ya?” kata si kumis panjang.
“Ini boss lu Oon..” kata si boss.
“Oh iya ya. Saya lupa. hehe.” Kata si kumis panjang.
“Gimana?” kata si boss.
“Gimana apanya?” kata si kumis panjang.
“Ya itu si Ali udah beres belum?” kata si boss.
“Ali itu siapa?” kata si kumis panjang.
“Hadeh… itu loh yang gue suruh lu ngebunuhnya itu. Aduh… tau dulu gue gak usah ngerekrut lu dah. Pimpinan orang sangar kok malah Oonnya minta ampun” kata si boss
“Oh… beres boss perutnya udah sobek. Terus ini diapain lagi?” kata si kumis panjang.
“Ya bunuhlah sampe mati. Kan gue suruh lu buat ngebunuhnya.” Kata si boss.
“Tapi boss… kan kasian orangnya gak berdosa loh.” Kata si kumis panjang.
“Eh! Lu kalau lu takut dosa ngapain juga lu jadi preman?” kata si boss.
“Suka-suka gue dong. Masalah buat elo?” kata si kumis panjang.
“Hadeh… yaudah deh gue datang ke sana aja” kata si boss.
Dapat disimpulkan bahwa si boss akan datang ke area ini dan aku bisa membunuhnya terlebih dahulu sebelum ia membunuh ayahku karena bisa dipastikan bahwa dia akan lewat gapura tepat didekatnya semak-semak dimana aku nyosor. Tetapi, perkiraanku salah. Ternyata boss datang dari arah dalam komplek. Dan itu ternyata adalah Ayahnya Joni, teman sekelasku bahkan sebangku denganku. Dia datang membawa sebuah pistol.
“Boss dia tadi tanya, salahnya apa?” kata si botak.
Doooorrrrrrrrr!!!!!!
“Salahnya adalah dia sudah mengalahkan kekayaanku.” Kata Ayah Joni yang telah menembakkan pistolnya tepat di jantung Ayahku.
Sehingga ayahku meninggal dalam sunyi dan gelapnya malam dan disaksikan oleh bulan dan bintang serta anaknya yang tak bisa berbuat apa-apa. Hatiku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh jarum dalam dinginnya malam. Dalam hati kecilku tertanam dendam yang sangat dalam. Kutelepon pak polisi.
Tiiiid
“Maaf sisa pulsa anda tidak mencukupi untuk memanggil” kata operator.
“Kampreeeet!! Lupa tadi kalau pulsa abis buat sms an.  Hehe. Terus aku harus ngapain? T_T
Aku mengendap endap pergi ke kantor polisi. Apesnya, karena sepeda motorku ada di gerbang komplek, jadinya harus jalan ke sana -,-. Dalam perjalanan, aku bertemu dengan cewek cantik.
“Cewek” sapaku. Lalu aku menggandeng tangannya.
“Apa cakep” katanya.
Kedengarannya suara itu seperti suaranya orang laki-laki. Ah… hari ini sial banget -_-. Sesampainya di kantor polisi, kuceritakan semua isi dari pembunuhan tersebut dari awal sampai akhir. Polisinya malah ngakak gara-gara percakapan antara botak, gondrong, kujang(kumis panjang). Leganya, pembunuh-pembunuh tersebut sudah di tangkap polisi.
Para pembunuh udah masuk penjara membuat Joni dan aku bermusuhan. Joni tidak bisa menerima jika ayahnya masuk penjara. Maka, dia menggangguku setiap hari. Menaruh kecoa, kodok di tas lah menuduhku mencuri lah, dll. Yang paling bikin aku jengkel adalah memanggilku “SAYANG…”. Ih… jijik amat. Entah mengapa dia memanggilku begitu. Mungkin karena namaku yaitu “Sai” à “Say” So damn.
Suatu hari karena kelakuan Joni yang lama-lama membuatku  jengkel,  aku berniat ndorong dia ke jurang deket sekolah saat dia pacaran disitu :v.
“Sayang… aku cinta kamu” kata Joni. Ueek.. kalau aku jadi pacarnya Joni bakal kutampar tuh mulutnya yang suka bohong.
“Aku juga sayang” kata pacarnya. Mau juga nih cewek sama Joni.
Karena dia pacarannya ngadep jurang, gampanglah aku mendorongnya J.
“Mati kau anak pembunuh” kataku di belakang Joni. Eh ternyata dia punya jurus seperti Neeji di Naruto bisa liat ke belakang.
“Ehhh… tidak bisa” kata Joni.
“What?” kata pacar Joni kaget.
“Apa sayang?” kata Joni.
(Pruoookk) “Jadi selama ini Bapak kamu pembunuh?. Kamu gak pernah cerita ke aku!. Kamu jahat” kata pacar Joni yang nangis dan pergi.
Akhirnya bayanganku tentang tamparan pacar Joni terkabulkan. Hahahha.
“Saatnya kamu mati Joni” kataku sambil dorong dia.
What? Sekarang dia punya jurus seribu bayangan kek Naruto?. Gile nih anak, belajar ninja darimana sih?.
“Woiii!! Kalian di sana! Berhenti!!” Seruan guru yang paling garang di sekolah “Pak Irman”.
Ngomong-ngomong Pak Irman, aku jadi keingat waktu kejadian lima bulan yang lalu.
Lima bulan yang lalu, di sekolahku kan ngadain kemah. Kebetulan waktu itu saya lagi suka tuh sama cewek yang namanya Asuka. Itu nama pendeknya. Nama panjangnya  “Aku Suka Kamu”. E cieeee…. Pfffftt ah sudahlah :v. waktu itu saya mau nembak dia, pas camping fire itu loh. Kan romantic.
“Hai Asuka” kataku sambil nepuk pundak Asuka. Diapun menoleh.
“Apa?” jawab Asuka sambil senyum. Senyumnya itu loh mempesona membuat hatiku bahagia :3.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Kataku.
“Mau nggak kamu…”
“Oy” kata Pak Irman sambil nepuk punggungku sambil memegang plastik.
“Apa pak?” jawab ku.
“ Ini punya lu? Tadi ketinggalan di sungai.”
Astaghfirullah saya lupa mbawa cucian daleman saya tadi di sungai  ==”. Btw kok tau ya pak irman kalo itu punyaku ya?. Oh iya sih ada namanya di situ. Aneh ya daleman aja ada namanya. Namanya juga pemberian dari mama :’v.
“Ehhhheheh… iya pak” jawab ku.
Jiah nembak gak jadi malu pun jadi. Eek dah hari apes. Nah, itu kejadian lima bulan yang lu. Sekarang kembali ke cerita Joni dan saya yang lagi bertngkar ala ninja Naruto dan bertemu pak Irman.
“Woiii!! Kalian yang ada di sana! Berhenti!!.”
Kemudian kami terhenti dan digebokin sama pak Irman sampai bokong kami memerah. Keesokan harinya, ibu kami dipanggil ke sekolah karena kami telah bertengkar. Halah… siap aja bokong memerah lagi di rumah. Alhamdulillah setelah ibu kami dipanggil bokongku tak memerah lagi. Tetapi, hukumannya lebih berat lagi. KAMI HARUS SAHABATAN UNTUK SELAMA LAMA LAMA LAMA LAMA LAMA LAMA dan seterusnya kayak di Spongebob. Siapa juga yang sahabatan sama musuh bebuyutan? Ya gak mau lah. Tapi mau bagaimana lagi ini udah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.
Setelah sekian lama kami bermusuhan akhirnya kami bisa juga bersahabatan dengan melupakan semua masa lalu kita yang sangat suram dan kelam penuh kekejaman dan dosa. Hari-hari kami jalani dengan tawa riang dan penuh kegembiraan. Hingga pada suatu hari ada keputusan di antara kami yang membuat kejadian kejadian yang tak terduga.
Suatu hari saya dan mama pergi ke rumah Joni. Itung – itung lah silaturahmi. Kan kami orang baik.
“Tok tok tok…  Asslamu’alaikum.. atok oh atok” kata mama.
“Ma! Ini gak di upin ipin”. Jawabku.
“O iya lupa nak, maaf ya nak.” Kata mama.
“Lho? Salah mama apa emangnya? Kok minta maaf?” kataku.
“Enggak tau” kata mama
“Sama ma saya juga” kataku
“Weh? Kita sama? Berarti jodoh dong” bales mama
“Lho ma? Aku kan anakmu. Gak boleh dong jodoh jodoh an.” balesku
“Oh iya ya lupa mama. Hehe” bales mama
Tok tok tok….. setelah 1 jam  kami menunggu di depan pintu rumah Joni sambil tok tok tok ternyata Joni dan mamanya baru saja pulang dari mall. Belanja sendiri lagi. Gak ajak ajak eikeh.
“Lo? Kok di sini Sai? Ngapain?” tanya Joni
“Nunggu kamu lah Jon. Kami mau main ke rumah kau. Bagaimana sih engkau ini?” jawabku.
“Maaf kan lah saya. Saya kan tidak tau. Kau sih tak telepon dulu” jawab Joni
“Saya sendiri mau telepon kau, tapi tadi mbak operatornya ngomong kalau anda tidak bisa melakukan panggilan karena pulsa anda tidak mencukupi. Gimana ini? Saya mau protes ke operatornya.” jawabku
“Itu namanya pulsa lu habis. Mesti beli pulsa dulu dodol.”celoteh Joni
“Dodol itu makanan kakak, saya ini manusia.” Jawabku.
“Ah sudahlah.. ayo mari masuk” kata ibu Joni.
Kami pun masuk ke rumah Joni.
“Eh iya ngomong ngomong kan habis ini liburan, gimana kalo kita pergi jalan jalan?.” Kataku.
“Jalan-jalan kemana?” kata mama.
“Em… kemana ya enaknya?” kata Joni.
“Hah! Gimana kalo ke sungai Amazon!”sahutku.
“Bagus juga idenya” kata mama Joni.
“tapi, gak apa apa ke sana? Banyak piranha loh” kata Joni.
“Ah ga pa pa tenang saja kok”. Kataku.
“Ok berangkat kapan?” kata mama.
“4 hari lagi gimana?” kata mama Joni.
“Ok aku sama Joni ya yang beli tiketnya? Kataku.
“Sip. Setuju” kata Joni.
“hurraaaaaa!!” teriakku kegirangan.
4 hari kemudian… kami berangkat menuju Brazil sekalian deh nonton piala dunia 2014 haha. Ah lupakan piala dunia kita itu butuh pemandangan alam bukan pemandangan bola yang muter muter aja di lapangan. Sesampainya di sana kami check in ke hotel terdekat dengan sungai amazon.
Keesokan harinya kami berangkat ke sungai Amazon. Tanpa piker panjang kami langsung sewa canoe di situ untuk mengarungi sungai tersebut. Saking asyiknya kami lupa percabangan di sungai tersebut dan kami lupa tidak membawa makanan. Kelaparan.. kelaparan… itulah yang ada di pikiran kami. Entah bagaimana hari pun makin gelap.
Kami pun terpaksa tidur di atas canoe tersebut. Keesokan harinya aku tercengang.
“Hahhhhhh?” teriakku sambil melihat ibu Joni yang telah di makan anaknya sendiri yang merasa kelaparan.
“Kamu mau makan Sai? Enak loh.” Kata Joni.
“Enak eek mu! Itu ibu lu Jon. Lu gak inget dosa lu ngebunuh ibu mu sendiri.” Ceramahku.
“Persetan dengan dosa yang penting gue bisa makan. Untung untungan bukan loe sama ibu loe yang gue makan.” Sahut Joni.
“Joni!!! Kamu itu anak durhaka!! ” teriak mama.
“Kalau kau mau makan gak bilang aja sama aku. Kan kita bisa cari sama sama di hutan Jon.”
“Ah.. lama gue mau yang instan.” Kata Joni.
“Dasar anak gak tau diuntung” Plok! Tampar mama. Wow aku tercengang.
Tanpa pandang bulu Joni langsung mukul perut mama dan menceburkan mama ke sungai. Setelah itu piranha pun berdatangan dan mencabik cabik tubuh mama. Aku tak bisa berbuat apa-apa dan tiba-tiba muncul dendam kepada Joni. Ku berusaha untuk menenangkan diriku. Ku berhasil menenangkan diri, tiba-tiba…. Bruaaak!!
Kepala joni ketatap batang pohon, kasiaaannn
Aku menghampiri Joni dan ia mengasihkan pisau nya kepadaku.
“Bunuh aku Sai, aku sadar aku salah sudah membunuh kedua ibu kita. Aku tak ingin hidup lagi di dunia ini.”
“Tapi Jon kamu bisa tobat kan, aku bisa maafin kamu.”
“Meskipun nanti aku tobat, nanti ujung ujungnya gini lagi Sai, penyakitku kambuh lagi.”
“Emangnya kamu punya penyakit apa Jon?”
“Penyakit seperti ayahku, darah seorang pembunuh. Cepat bunuh aku dengan pisau itu!”
Jrott! Kutancapkan pisaunya tepat di jantung Joni. Bodohnya aku karena selalu mematuhi peraturan. Tuhan mengapa aku begitu bodoh? Huaaaaa!! Semua orang yang aku sayangi telah pergi. Apa yang harus kulakukan di tempat seram ini?.
Ah.. sudah dramatis nya. Mulai sekarang ceritanya gak ada dialog karena yang hidup cuma saya. Kasian.. tapi bagaimana lagi aku harus bertahan hidup karena kalau tidak bertahan hidup sama saja aku orang yang putus asa. Putus asa itu dosa. Aku kan orang baik :3.
Dimulai dari saya mencari makanan ditepi kanan. Di sana saya bertumu dengan seekor badak. Entah mengapa dia sudah ancang-ancang mau menabrak saya. Melihat keadaan itu, saya lari terbirit birit dan akhirnya saya memanjat pohon. Bodohnya saya, kenapa enggak lari belok-belok aja? Naik pohon itu tambah dapet apes.
Dipohon saya menemukan sesisir pisang , saya ambil 1 dan makan, monyet-monyet pun berdatangan, habislah saya. Balik lagi ke canoe, canoe berlubang dilubangi piranha. Melihat piranha berdatangan, saya balik lagi ke hutan. Cari kayu buat rakit, akhirnya jadi.
Saya mencoba ke hutan seberang, ternyata di sana…. Aman aman aja. Kenapa saya tapi tak ke sini? Daripada di hutan seberang tadi apes mulu?. Huft. Setelah cukup makanan, saya melanjutkan perjalanan dengan mengikuti arus sungai dengan rakit kecil.
Alhamdulillah saya sampai di hilir sungai ini. Tapi kok ke laut? Laut mana ini? Beruntungnya saya ada kapal nelayan lewat. Kulambaikan tanganku dan kapal itu datang. Saking girangnya, kakiku terkilir dan berdarah. Aku merasa hidup kembali. Tapi takdir berkata lain, ketika saya mau naik ke kapal, saya kepleset dan hiu berdatangan. Sekian dan terima kasih.

Keheranan penulis : Orang udah mati masih bisa cerita :'v pfffftttt
                                 Gak yakin ini cerpen tapi panjang sekali :v

1 comment: